Mars: Mimpi Ananda Raih Semesta (2016) -

-
Trailer

Nonton Film Mars: Mimpi Ananda Raih Semesta (2016) Streaming Movie Sub Indo

Nonton Mars Mimpi Anada Raih Semesta – Perjuangan ibu, itulah yang terbetik ketika saya selesai menonton film berjudul MARS ini. Kenapa demikian, saya akan jelaskan nanti di bawah.
Awalnya saya agak sangsi mendengar judul MARS, why mars? Adakah sesuatu yang special dari planet terdekat bumi ini? Atau kenapa kemudian film ini harus disingkat MARS, padahal tokoh utamanya bernama Sekar Palupi.

Dan jawaban ini terjawab di 10 menit pertama film ini diputar. Film ini mengisahkan tentang Sekar Palupi (Acha Septriasa), seorang anak kelahiran Kabupaten Gunungkidul bersama dengan ibunya, Tupon (Kinaryosih) dalam mengejar cita-citanya, yakni bersekolah setinggi-tingginya. Pertanyaannya setinggi apa? Lulusan SMA kah? Atau cukup menjadi lulusan SD? Nah, pertanyaan ini terjawab di pembuka film yang menggambarkan Acha yang diwisuda di Oxford University dan memperoleh kesempatan untuk menyampaikan graduation speechnya. Adegan inilah yang membuka cerita tentang Tupon ibunya, Sekar Palupi kecil (Chelsea Riansy) dan Urip (Teuku Rifnu) ayahnya.

Setting kisah kecil Sekar adalah sebuah desa di pelosok Gunungkidul. Tupon adalah salah satu dari sekian banyak penduduk yang buta huruf, mungkin juga ayahnya. Adegan ini digambarkan cukup apik dalam adegan pendaftaran Sekar untuk masuk sekolah dasar (SD) dan saat Tupon mendapat surat panggilan dari sekolah.

Download Film Mars: Mimpi Ananda Raih Semesta (2016) Streaming Movie Sub Indo

Nonton Mars Mimpi Anada Raih Semesta – Walau di satu sisi, konflik yang dibangun di sini agak ‘Indonesia’ banget. Pendidikan di lingkungan Tupon dan Sekar kecil adalah hal yang langka. Suatu fakta sosial yang masih akan anda temui di pedalaman Gunungkidul sampai saat ini. Atau juga mungkin di pedalaman Indonesia yang lain. Namun, walaupun Tupon tidak ‘terdidik’ secara formal, dia memiliki cita-cita agar anaknya, Sekar menjadi orang yang terdidik. Salah satu inspirasi Tupon adalah Ustadz Ngali (Cholidi Asadil Alam).

Celah terbesar film ini adalah lambat –lambat dalam membangun konflik. Setiap konflik digambarkan sangat lambat. Bayangkan saja, setengah jam pertama penonton akan disuguhi adegan Tupon berusaha mendaftarkan SD Sekar- dengan bumbu-bumbu adegan ala ala Indonesia. Ini satu contoh saja. Karena 80 menit berikutnya penonton masih akan disuguhi konflik lambat yang serupa.

Padahal, ada potensi besar konflik yang lebih bisa membuat air mata berderai jika saja penulis skriptnya bisa mengeksplorasi konflik. Apalagi dengan acting Kinaryosih yang spektakuler, sempurna menggambarkan orang gunungkidul yang udik, tidak terdidik, dan miskin. Walaupun ini juga menjadi antitesa dari kurangnya detail yang dibangun bagaimana ibu dan bapak Sekar memiliki pemikiran yang berbeda dibanding penduduk yang lain dalam hal pendidikan.