Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta (2018) 7.1183

7.1183
Trailer

Nonton Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta (2018) Sub Indo

Nonton Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta (2018)  –  ‘Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta’ menghadirkan kembali sosok Raja Mataram yang gigih, pemberani, dan tegas tanpa kompromi dalam menghadapi penjajah.

Sutradara Hanung Bramantyo tak ingin menjadikan film yang beranjak dari sejarah ini hadir seperti film dokumenter. Atas alasan itu, ia memberinya bumbu percintaan dengan menghadirkan kisah kasih tak sampai Sultan Agung saat masih muda belia dan menjalani pendidikan agama di Padepokan Ki Jejer, dengan karakter fiksi bernama Lembayung.

Namun, kehadiran karakter Lembayung justru jauh lebih besar dari sekadar kisah kasih tak sampai itu. Ia mewakili sosok perempuan pemberani, mandiri, dan kuat yang memuat pesan tak kalah penting di film Sultan Agung. Bahwa Lembayung seperti Sultan Agung punya semangat besar yang menginspirasi. Ia bahkan turut berjuang melawan penjajah, menaiki benteng, dan merubuhkan lawan dengan tangan kosong.

Dengan latar abad 17, film yang beranjak dari sejarah ini diawali oleh penceritaan ketika Sultan Agung masih muda, bernama Raden Mas Rangsang (diperankan dengan sangat baik oleh Marthino Lio). Ia menjalani pendidikan agama dan beladiri di Padepokan Ki Jejer, beberapa kilometer dari istana.

Download Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta Sub Indo

Download Film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta  –  Berdurasi cukup panjang hingga hampir dua jam, film ini tak membosankan memang, tapi ada beberapa kejanggalan yang bagaimanapun juga patut dimaafkan, seperti efek visual, busana, bahasa, dan lainnya.

Itu tak lain karena para jajaran pemeran di film ini tampil begitu sangat baik dan meyakinkan. Marthino Lio dan Ario Bayu tak hanya mirip tapi juga mampu menghidupkan Sultan Agung muda dan dewasa. Begitu juga Putri Marino dan Ardinia Wirasti yang juga secara fisik dan gaya tubuh mirip dan menghidupkan Lembayung dengan sangat asik. Di luar itu, ada Lukman Sardi, Teuku Rifnu Wikana, Deddy Oetomo, Meriam Bellina, dan Christine Hakim, untuk menyebut beberapa di antaranya.

Dari catatan produksinya, sutradara Hanung Bramantyo dikabarkan mesti menggali informasi dari catatan-catatan tentang Sultan Agung yang berasal dari dua sumber utama. Pertama, catatan penjelajah-penjelajah Eropa, yang ditulis dan dibukukan oleh HJ De Graf. Catatan-catatan ini menghadirkan perspektif Belanda terhadap Mataram, karena ditulis tentang hubungan mereka dengan kerajaan, dan bukan ditulis oleh orang dalam keraton. Sumber kedua adalah catatan dari Mataram, antara lain Babad Tanah Jawi, sebuah kitab yang dianggap sebagai catatan resmi tentang sejarah keraton, dan juga Babad Mataram serta Babad Sultan Agung.